MEDAN – acara workshop yang terkait dengan proses karbonisasi tandan kosong (tankos) kelapa sawit untuk pupuk organik di kebun sawit telah berlangsung dengan sukses.

Kegiatan itu igelar oleh Divisi Teknologi Proses pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Dalam kegiatan yang berlangsung di Hotel Karibia, Selasa (21/11/2023) itu, topik yang dibahas adalah proses karbonisasi tandan kosong (tankos) kelapa sawit.

Serta pemanfaatannya sebagai soil conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan sawit.

Kegiatan itu dihadiri oleh para praktisi dari berbagai perusahaan kelapa sawit (PKS), mahasiswa dan dosen, serta para petani sawit yang tergabung dalam berbagai asosiasi.

Prof. Erliza Hambali selaku Ketua Tim Panitia Workshop IPB dalam acara itu mengatakan,kegiatan workshop yang dilaksanakan di 3 kota.

Yaitu di Kota Pekanbaru, Riau (14 November 2023), Medan, Sumatera Utara (21 November 2023) dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah (28 November 2023).

Pada tahun 2023, kata dia, luas areal perkebunan sawit hampir 16 juta Ha dengan produksi tandan kosong kelapa sawit sekitar 47 juta ton.

“Berdasarkan analisis data proyeksi pada tahun 2050 akan dihasilkan tankos sawit sekitar 103 juta ton,’ ucap Prof Erliza Hambali.

Oleh sebab itu, ia menilai tankos sawit yang berlimpah ini perlu diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.

Ia memaparkan, tankos sawit dihasilkan pada proses pengolahan tandan buah segar (TBS) sawit menjadi minyak sawit mentah atau crude alm oil (CPO).

Nah, ujar Erliza, jumlah tankos sawit  yang dihasilkan pada proses pengolahan sekitar 21 persen dari berat TBS yang diolah.

“Saat ini pemanfaatan tankos sawit, baik oleh pabrik kelapa sawit (PKS) atau pun oleh masyarakat masih sangat terbatas,” kata Erliza.

“Secara komersial pemanfaatan tankos saat ini adalah untuk kompos, mulsa, dan pengerasan jalan-jalan di perkebunan,” tambah Erliza.

Kata dia, sebagian besar tankos masih ditimbun (open dumping) atau dibakar di-incinerator. Oleh sebab itu, kata dia, perlu dicari upaya pemanfaatannya yang lebih bernilai tambah tinggi.

“Salah satu pemanfaatan tankos yang bernilai tambah adalah dengan
mengolahnya melalui proses karbonisasi,” ujarnya.

Serta, sambung Erliza, memanfaatkannya sebagai soil conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan kelapa sawit.

Erliza mengungkapkan, berdasarkan hasil analisis budidaya perkebunan kelapa sawit, sekitar 80 persen biaya operasional perkebunan kelapa sawit adalah biaya pemupukan tanaman sawit.

Saat ini, apar Erliza, hampir 100 persen pupuk yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit adalah pupuk kimia.

“Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia pada perkebunan kelapa sawit,” tegas Prof Erliza Hambali.(rk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *