Soal Dugaan Perundungan Perawat Ke Pasien Cuci Darah, KPCDI Kecam dan Minta DPRD Sumut dan Dinas Kesehatan Ambil Tindakan Tegas

Medan, MEDIA SURYA – Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) mengecam tindakan oknum dokter, perawat, dan manajemen salah satu Rumah Sakit yang ada di Sumatera Utara diduga melakukan tindakan perundungan terhadap pasien ginjal kronik pada saat melakukan cuci darah atau hemodialisis. Kejadian ini tentu membuat psikis pasien terganggu dan merasa tertekan. 

Ketua KPCDI Tony Richard Samosir berujar tindakan perundungan pada pasien ginjal kronik pada saat melakukan hemodialisis adalah perilaku yang sangat buruk. Musababnya, tujuan pasien melakukan cuci darah adalah untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Alih-alih HD yang adekuat, akibat kejadian ini pasien merasa tertekan secara psikis. 

“Rumah sakit harusnya melayani dan bukan anti kritik atau malah melakukan intimidasi. Kritikan itu bagian dari membangun kualitas dalam bidang pelayanan jasa. Kalau begini sama saja mereka tidak mau memperbaiki pelayanan terhadap pasien,” kata Tony di Jakarta, Kamis (6/7). 

Dugaan intimidasi dan perundungan ini terjadi pada Selasa (4/6) di ruang hemodialisis RSU ****. Saat itu pasien bernama David Sadari (34) sedang menjalani proses hemodialisis rutin. Namun, setelah beberapa waktu, David merasa badannya menggigil hebat sehingga membutuhkan pertolongan. 

Setelah melihat sekitar, David tidak melihat satupun perawat atau dokter di ruang hemodialisis. Ia lantas meminta bantuan seorang pendamping pasien untuk memanggil perawat dan memberitahukan kondisinya. Ia hanya butuh disuntikan obat Pereda tubuh menggigil agar kondisinya membaik. 

Sayangnya, perawat tidak langsung merespon permintaan tersebut hampir 15 menit lamanya. Pada fase inilah David—yang merupakan pasien BPJS Kesehatan—merasa tubuhnya kian memburuk dan merasa perawat membiarkan kondisi itu terjadi. Baru setelah beberapa waktu seorang perawat datang dan memberikan suntikan obat. 

David Sadari menjelaskan, pada saat menyuntikan, kepala perawat HD justru mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Saat itu perawat HD meminta saya harus didampingi oleh keluarga pada saat melakukan hemodialisis. Mendengar kata-kata tersebut David tertegun karena perkataan tersebut tidak ada korelasinya dengan kondisi tubuh David yang tiba-tiba menggigil. 

Tidak berhenti sampai disitu, perawat kepala tersebut menyebut bahwa David tidak memiliki etika sekalipun dirinya seorang guru. Mendengar kata-kata tersebut David berujar bahwa memang dia biasa melakukan HD sendiri karena keluarganya sedang bekerja. Pun, keluarga hanya bisa mengantar dan menjemput David saja.

Setelah itu, sebanyak tiga orang perawat HD dan satu orang dokter datang menghampiri dan mengelilingi David. “Seakan-akan saya seperti dikeroyok. Saya komplain kata-kata kenapa harus ada pendamping. Padahal ada pasien HD yang lain juga ada yang nggak ada pendampingnya selama HD. Tapi kenapa saya yang diserang? Kemudian saya katakan ‘kalian kan tahu kalau saya single dan keluarga saya berhalangan,” ujar David. 

Tidak disangka, David diduga kembali mendapatkan perundungan setelah seorang perawat berujar kata-kata yang menyerang secara personal. Oknum perawat tersebut berujar bahwa David harus menikah agar ada pendamping selama HD. Perawat lain pun ikut menyerang dan berujar jika pasien mau dilayani harus mengerti kondisi rumah sakit. “Seakan-akan kata-kata perawat itu mengancam saya,” ujarnya. 

Berdasarkan kasus di atas, Ketua KPCDI Tony meminta DPRD Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan terkait untuk memanggil Direktur RSU **** untuk dimintai keterangan. Musababnya, dugaan perundungan dan intimidasi terhadap pasien adalah hal yang sangat berbahaya. Jika hal ini dibiarkan maka kesempatan pasien yang menjadi ancaman. 

“Harus ada sanksi tegas untuk para pelaku. Untuk itu kami mendesak DPRD Provinsi dan Dinkes Kesehatan terkait untuk memanggil RS **** dan memberikan sanksi tegas atas dugaan perundungan pada pasien yang sedang menjalani hemodialisis,” tutupnya.

Sementara, untuk saat ini, tim kru media belum mendapat kejelasan benar atau tidaknya kejadian dugaan perudungan itu dari RSU **** (Agung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *