Medan, MEDIA SURYA News – Suksesi Rektor UHN Medan mengikutkan salah satu kontestan Dr. Jadongan Sijabat, SE, M.Si sebagai salah satu calon. Hal itu menjadi harapan IAFEN UHN agar Rektor UHN Medan 2023-2027 bisa dari Fakultas Ekonomi yang merupakan sebagai Fakultas terbesar di UHN Medan.
“Harapan itu sah-sah saja sebagai dukungan moral IAFEN untuk calon Rektor UHN Medan dari Fakultas Ekonomi,” ujar Prof M Manullang.
Dikatakan Profesor M Manullang, Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Nommensen (IAFEN) adalah sebuah wadah organisasi yang mengurus dan menghimpun alumni untuk pengembangan UHN Medan, jelas Profesor M Manullang. Hal ini dilakukan adalah sebuah kewajaran karena alumni yang ada atau lulusan Fakultas Ekonomi UHN Medan telah tersebar dalam berbagai ragam profesi dengan jumlah yang sangat besar. Artinya, jumlah alumni ini bisa memberikan masukan dan berkontribusi UHN dalam pengembangan kampus sebagai salah satu amanat wawasan almamaternya.
Lanjut Profesor , banyak alumni Fakultas Ekonomi yang punya keinginan luhur dalam bentuk panggilan untuk membangun dan mengembangkan Fakultas Ekonomi secara khusus dan UHN secara umum. Seperti apa Kontribusi alumni tentu sangat banyak karena salah satu pedoman untuk mendapatkan akreditasi unggul adalah karena ada Kontribusi alumni.
“Sekedar mengingatkan kita dan menyadarkan pikiran kita bagaimana peran UHN Medan dalam membangun bangsa ini tidak lepas dari bagaimana peran perguruan tinggi secara umum juga. Bahwa perguruan tinggi berperan penting dalam pembangunan bangsa karena sumbangan pemikirannya yang nyata. Kalau sebuah bangsa ingin jadi bangsa yang besar, maka sudah saatnya pendidikan tinggi dikelola dengan baik secara profesional dan transparan. Untuk itu dibutuhkan calon rektor atau pemimpin di perguruan tinggi yang bisa menjawab tantangan kebutuhan perguruan tinggi kedepan.Maka calon rektor, atau calon ketua(pimpinan perguruan tinggi) harus paham betul apa tantangan perguruan tinggi ditengah globalisasi pendidikan yang tidak bisa kita hindari,” pintanya.
Masih kata Profesor Manullang, UHN Medan sebagai perguruan tinggi yang sangat dekat dengan kultur orang Batak Toba, bahkan bertujuan untuk menjaga nilai – nilai luhur Budaya Orang Batak berbasis Kekristenan dengan terus mengembangkan ilmu pengetahuan harus mampu menjaring calon rektor yang bisa membawa Universitas kebanggan jemaat HKBP ini ke arah yang lebih baik, berguna bagi masyarakat, concern dengan pengabdian pada masyarakat Batak.
Untuk itu, kata Profesor Manullang, segenap kekuatan harus diupayakan untuk menjaring calon rektor yang bakal memimpin UHN Medan agar berdaya guna berkontribusi besar buat masyarakat.
“Sekali lagi, bagaimana menjadikan UHN Medan sebagai icon perguruan swasta terkemuka di Sumut? Jawabnya adalah mari membangun UHN Medan dengan kebersamaan dan nuansa akademik yang tinggi. Segala perbedaan pendapat saatnya disatukan. Yang berkemampuan diberi kesempatan. Apapun latar belakangnya mari melihat perbedaan dalam berbagai hal dalam pemilihan rektor (pilrek) sebagai upaya membangun UHN sebagai PTS bereputasi nasional, bahkan internasional. Perlu diketahui bersama pilrek bukanlah pilkada. Dari sudut pandang ilmiah dan kajian berpikir ontologis kita akan tiba pada kesimpulan jawaban, sudah pasti pemilihan rektor lebih rasional dan mengedepankan cara berpikir yang intelektual. Benarkah demikian? Jawabnya benar, dimana yang memilih rektor adalah senat dosen universitas yang rata-rata adalah para guru besar atau dosen yang punya kepangkatan akademik. Mereka akan menjatuhkan objektivitas pilihan dan pilihan yang sudah mengandung unsur bebas nilai (free values),” ungkapnya.
Permasalahannya sejauh mana realisasi daripada visi dan misi rektor ketika dibacakan dalam forum ilmiah untuk membangun Universitas ke depan? Kalau dalam pilkada visi dan misi adalah pelengkap formal administratif dan tidak punya beban moral apakah tercapai atau tidak. Yang penting seorang kepala daerah tidak pernah merasa bersalah kalau visi tidak terealisasi dengan baik. Beda dengan visi Rektor yang harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah pula karena itu mendapat kajian ilmiah dari senat dosen.
Setelah beberapa calon Rektor UHN Medan lolos seleksi administratif, bahkan sudah selesai melaksanakan uji Kompetensi dan Keterampilan (UKK) siapa yang akan terpilih bukan permasalahan, masalah utama adalah mau jadi apa UHN Medan ke depan ditangan Rektor baru? Ditangan beberapa calon rektor inilah UHN Medan selama empat tahun ke depan dan apa yang bisa dilakukan.
Mengingat peran pendidikan sangat signifikan dalam pembangunan bangsa, maka UHN Medan perlu membangun diri menjadi salah satu icon yang akan menjadi motor pendidikan di Sumatera Utara dan Indonesia pada umumnya.
Ditengah –tengah globalisasi pendidikan sekarang ini, tantangan UHN Medan ke depan akan semakin berat. Persaingan sesama PTS sebagai kelas persaingan UHN Medan juga makin berat.
Bukan rahasia umum lagi bahwa banyak putra-putri terbaik di Sumut yang memilih kuliah di luar Sumatra, atau pulau Jawa. Mengapa bisa demikian ini harus dijawab dengan pendekatan kualitas, jangan langsung main tuduh mereka tidak punya nasionalisme pada daerah.
Kualitas adalah pertaruhan kalau ingin putra- putri Sumut terbaik ingin kuliah di UHN Medan. Kemudian kebutuhan SDM pada era persaingan yang makin berat dalam semua bidang.
Persaingan dalam bidang ekonomi, politik, dan hukum menuntut SDM yang unggul secara akademik dan emosional. Bagaimana memahami logika persaingan ini dengan menjadikan UHN Medan sebagai tempat mencetak SDM yang handal akan menjadi tantangan Rektor ke depan.
Pada dasarnya HDI adalah satuan yang dikembangkan UNDP guna mengukur kesuksesan pembangunan suatu negara. HDI adalah angka yang diolah berdasarkan tiga dimensi; yaitu panjang usia (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup (standard of living) suatu bangsa. Secara teknis ketiga dimensi ini dijabarkan menjadi beberapa indikator; yaitu kesehatan (dan kependudukan), pendidikan, serta ekonomi. Indikator kesehatan menyangkut angka kematian bayi (infant mortality rate), angka kematian balita (under-five mortality rate), dan lainnya.
Indikator kependudukan menyangkut usia harapan hidup (life expectancy), penduduk yang tak mempunyai harapan hidup sampai usia 60 tahun (people not expected to survive to age 60), dan lainnya.
Indikator pendidikan menyangkut angka melek huruf (literacy rate), anak yang berpendidikan sampai kelas lima SD (children reaching grade 5), angka partisipasi pendidikan (enrolment ratio), dan lainnya. Adapun indikator ekonomi antara lain menyangkut indeks kemiskinan (poverty index).
Dari berbagai indikator itu, HDI merupakan ukuran keberhasilan pembangunan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi suatu bangsa. Implikasinya, HDI yang tinggi menunjukkan keberhasilan pembangunan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Sebaliknya, HDI yang rendah menunjukkan ketidakberhasilan pembangunan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi suatu negara. Penafsiran HDI sebagai indikator kualitas manusia tidak terlalu salah sepanjang satuannya adalah bangsa atau manusia di negara tertentu dan konteksnya terbatas pada kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. HDI bukanlah ukuran mutu manusia dalam satuan individu atau orang per orang.
Apakah publikasi UNDP yang memposisikan Indonesia di peringkat 111 dari 175 negara untuk tahun 2004 misalnya menunjukkan kualitas manusia Indonesia rendah? Untuk menjawab masalah ini perlu dipelajari sistem publikasi UNDP sendiri.
Dalam publikasi laporan tahunannya, UNDP mengklasifikasi negara-negara dalam kelompok tinggi (high human development) dengan indeks di atas 0,800; kelompok menengah (medium human development) dengan indeks 0,501 sampai 0,800; dan kelompok rendah (low human development) dengan indeks di bawah 0,500.
Kini UHN Medan akan dipimpin oleh seorang Rektor baru selama empat tahun ke depan. Sedikitnya dalam konteks pembangunan Sumatera Utara akan menghadapi beberapa tantangan.
Pertama, bagaimana UHN memposisikan dirinya sebagai salah satu PTS yang berkedudukan di lokal, tetapi kualitas secara nasional dan regional, bahkan global. Maka paradigma menjadi World University Class jangan hanya slogan semata. Harus bisa diaplikasikan sampai implementasi yang paling nyata.
Kedua, bagaimana UHN Medan supaya punya akses pada masyarakat miskin yang punya kemampuan intelektual tetapi tidak berdaya secara finansial. Jika masih mengandalkan pendanaan dari mahasiswa, itu adalah kebijakan klasik yang tidak perlu dirumukan. Maka menjual produk –produk yang punya nilai bisnis dari penelitian akan menjadi solusi. Untuk itu memikirkan nasib masyarakat miskin atau yang tidak mampu adalah tantangan yang paling berat. Sisi bisnis tidak mungkin lepas dari UHN Medan, hanya jangan sampai mengorbankan masyarakat tidak mampu.
Ketiga, peningkatan kualitas dosen. Ini sangat sederhana. Dosen adalah salah satu kata kunci dalam memajukan perguruan tinggi. Jika melihat jumlah kualitas penelitian di berbagai jurnal dan harian nasional, persentasi menulis Universitas Andalas Padang dan Universitas Hasanuddin Makasar jauh lebih besar. Padahal Kota Medan dan Pemetang Siantar adalah Kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Untuk itu peningkatan kualitas tenaga edukatif perlu dipikirkan kembali.
Keempat, bagaimana UHN Medan mampu memberikan solusi pada semua Kabupaten dan Kota di Sumut dalam konteks pengembangan daerah otonomi ke depan. Kabupaten dan Kota dan Pemprovsu membutuhkan masukan dari UHN bahkan sebagai mitra kerja dalam rangka pengembangan riset daerah untuk kemajuan daerah. Ini harus kembali dipikirkan oleh Rektor. Sebenarnya masih banyak yang tantangan yang akan dihadapi oleh UHN bersama Rektor baru ke depan. Sebagai komunitas orang terdidik, semua tantangan itu pasti bisa diselesaikan dengan pendekatan yang ber metodologi untuk kemajuan UHN ke depan.
Diantara calon Rektor UHN Medan ada salah satu sosok yang merupakan salah satu calon Rektor UHN Medan Dr. Jadongan Sijabat, SE, M.Si. Tanpa mengurangi rasa hormat ini bukan soal dukung mendukung tetapi IAFEN UHN Medan sangat berharap Rektor Terpilih adalah dari Fakultas Ekonomi sebagai salah satu Fakultas terbesar di UHN Medan dan dulu Fakultas Ekonomi adalah Icon UHN Medan. Artinya, Nommensen adalah ekonomi, ekonomi adalah Nommensen. Dengan demikian dukungan kepada Dr. Jadongan Sijabat, SE, M.Si adalah hal yang biasa dan amsuk akal karena sosok yang kita pilih juga sudah punya kualifikasi yang baik.
Tetapi IAFEN sangat mendukung siapapun yang terpilih jadi Rektor karena mekanismenya sudah ada. Tetapi tidak salah jika IAFEN menyuarakan Dr. Jadongan Sijabat, SE, M.Si sebagai mantan dekan Fakultas Ekonomi UHN karena memang IAFEN adalah anak kandung Fakultas EKonomi.
“Harapan IAFEN ke depan, semoga Rektor baru yang terpilih merupakan rektor masa depan untuk mempersiapkan UHN ke masa depan yang lebih baik sebagai tempat menghasilkan SDM yang berkualitas dan berahlak. Inilah harapan kita bersama pada rektor yang terpilih nantinya. Semoga!!!!” Pungkasnya. (Red)