MEDAN – Potensi industri oleokimia berbahan sawit sangat besar. Sebab, industri ini merupakan bagian dari hilirisasi yang sangat banyak bahan bakunya, yaitu kelapa sawit.

Hal itu mengemuka dalam workshop bertajuk “Oleokimia dari Minyak Sawit : Potensi dan Tantangan” yang diselenggarakan di Santika Premiere Dyandra Hotel, Medan, Selasa (31/10/2023).

Kegiatan itu diadakan oleh Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC IPB University) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan PT. Industri Nabati Lestari.

Sebagai informasi, kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan workshop yang akan dilaksanakan di tiga kota yaitu Bogor, Medan dan Balikpapan.

Baca juga : Pasar Keuangan Rakyat yang Digelar OJK KR 5 Sumbagut di Binjai Hasilkan Rp 665 juta

Optimisme itu diungkapkan oleh salah satu pembicara,yakni Erliza Hambali selaku Kepala Divisi (Kadiv) Teknologi Proses pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) University.

Kata Erliza, minyak kelapa sawit hingga saat ini masih menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia dalam menambah devisa negara.

Berdasarkan data Ditjenbun (2022), ujarnya, luas areal kelapa sawit pada tahun 2022 mencapai 15,38 juta Ha dengan total produksi CPO Indonesia mencapai 48,24 juta ton dan produksi PKO sebesar 9,65 juta ton.

“CPO dan PKO adalah merupakan bahan baku potensial untuk diolah menjadi beragam produk oleokimia, seperti sabun mandi, sabun cuci tangan, dan lainnya,” kata dia.

Baca juga :BEI Mencatat Kini Ada 558 Saham Syariah

Ia bilang, selain penyumbang devisa, industri kelapa sawit juga menyediakan lapangan pekerjaan yang besar, yang mampu menyerap 4,53 juta tenaga kerja petani.

Kata dia, komoditas kelapa sawit termasuk dalam 10 kelompok komoditas unggulan Indonesia yang didorong oleh pemerintah untuk digiatkan proses hilirisasi dan peningkatan daya saingnya.

“Hilirisasi industri kelapa sawit terutama untuk industri berorientasi ekspor diperlukan, mengingat pertumbuhan impor tahun 2019 sebesar 7,1 persen yang masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor yang sebesar 6,3 persen,” tegasnya.

Oleh karenanya, kata dia, melalui upaya hilirisasi industri kelapa sawit, diharapkan dapat meningkatkan perolehan devisa dari kelapa sawit dan nilai tambah produk kelapa sawit dapat dinikmati oleh semua stakeholder di Indonesia.

Baca juga : Panen Kurma di Tanah Karo, Ijeck: Panen Sawit Sudah Bisa, Panen Kurma Luar Bisa

Ia bilang, hilirisasi minyak sawit dalam negeri dilakukan dengan mengolah CPO dan PKO menjadi produk-produk bernilai tambah lebih tinggi baik untuk tujuan ekspor maupun untuk substitusi produk impor.

Secara umum, ucapnya, hilirisasi CPO dan PKO yang dapat dilakukan di Indonesia dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu oleo pangan, oleokimia dan biofuel. (rik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *