MEDAN, MEDIA SURYA – Warga yang bermukim di kawasan Jermal 17, mengeluhkan pengerjaan drainase oleh kontraktor yang terkesan amburadul .


Warga sesungguhnya sangat mendukung pengerjaan drainase dengan pemasangan U-Ditch di kawasan tersebut. Karena hal itu merupakan salah satu harapan warga, yang kemudian diwujudkan Wali Kota Medan melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU).


Namun, pengerjaan yang amburadul dan berlarut-larutnya pemasangan cover U-Ditch oleh kontraktor, membuat warga kesal. Tidak hanya jalanan begitu becek saat hujan, dan berdebu tebal saat terik, namun warga juga merasa terganggu karena akses ke rumahnya terbatas.


Warga bahkan tidak bisa leluasa mengeluarkan kenderaan dari rumah. Bagi pemilik rumah yang ingin menggunakan kendaraan roda empat, mustahil untuk keluar. Begitu juga bagi pengendera roda dua, lebih memilih memesan grab, karena repotnya mengeluarkan kenderaan.


Yang sangat disesali warga, kondisi ini tidak berlangsung 1-3 hari saja. Kondisi ini ada sudah berlangsung lewat bulan di Jalan Jermal 17.
Pemasangan cover (penutup) U-Ditch belum seluruhnya, dan tumpukan tanah juga masih terlihat di beberapa titik jalan. Cover U-Ditch terpasang hanya sebagian, meski proyek pengerjaan oleh kontraktor, sudah berlangsung lama.


Tampak drainase yang belum dipasang penutup, menganga lebar dan dalam. Kondisi drainase yang hampir selebar badan jalan, tampak ‘menyeramkan’ dan membahayakan pengguna jalan. Apalagi, kawasan tersebut padat pemukiman dan banyak anak-anak. Kondisi ini menambah kekuatiran warga.


“Apa kontraktor menunggu sampai ada korban, baru penutup drainasenya dipasang?,” kesal Said Ilham SH, warga Jalan Jermal 17.

Ia kemudian menunjuk ke arah parit yang belum terpasang cover U-Ditch. Tampak parit menganga lebar dan dalam, yang kondisinya begitu membahayakan pengguna jalan.
Warga yang melintas mesti ekstra hati-hati, kalau tidak mau tergelincir dan tercebur ke drainase berdinding beton dan dalam itu.


“Naik sepeda motor aja susah bang. Jalan licin saat hujan. Belum lagi, jalan semakin kecil, karena termakan drainase yang hampir separuh jalan,” ujarnya.

Saat ini, pengerjaan drainase sudah menyentuh ujung Jalan Jermal 17 di simpang Jermal 12. Selama 3-4 hari terakhir, para pekerja melakukan pengorekan parit dan pemasangan U-Ditch di bagian itu.


Warga pun meradang. Pengorekan yang dilakukan tepat di sepanjang pintu masuk rumah-rumah warga, mulai meresahkan. Penyebabnya, karena pengerjaan itu terkesan berlarut-larut dan amburadul.
Beberapa rumah warga terputus saluran air bersihnya akibat pengerokan parit. Padahal, air merupakan kebutuhan dasar rumah tangga yang begitu penting sehari-hari.


“Sudah 2 hari ini kesulitan air bersih. Air terputus seharian, tidak bisa apa-apa. Kayak hari ini bang. Repot kali. Terpaksa mencari rumah yang punya sumur sampai ke jalan seberang, minta air untuk kebutuhan di rumah. Mau buang air kecil saja susah, karena kuatir kekurangan air di bak bang,” ungkap warga lainnya.


Menurutnya, kontraktor semestinya segera memperbaiki pipa air bersih ke rumah warga yang terputus, jangan sampai berlarut-larut. Minimal ada solusi dari kontraktor, bila aliran air bersih ke rumah warga diputus.


“Jangan pula kontraktornya saja yang dapat untung, di atas derita warga. Tanggung jawablah. Jangan suka hatinya memutus air ke rumah warga dan dibiarkan lama begini. Kontraktornya enak-enak dapat proyek, kita yang dibuat sengsara,” ungkapnya.


Tidak puas dengan cara kerja kontraktor, sejumlah warga akan segera melakukan demo di kantor Wali Kota Medan, mengadukan kondisi tersebut.


Sementara itu, sebelumnya anggota Komisi IV DPRD Medan Dedy Aksyari Nasution juga telah berkali-kali menyoroti metode pengerjaan para kontraktor pengerjaan U-Ditch di Kota Medan.


“Jika pemasangan U-Ditch yang dilakukan oleh kontraktok salah maka manfaatnya tidak ada. Bahkan menimbulkan masalah baru. Metode pemasangannya tidak main-main. U-Ditch dipasang berpasangan, jadi setiap pasang harus pas dan harus ditutup dengan benar. Tidak ada celah untuk air keluar atau merembes,” ujarnya beberapa waktu lalau saat meninjau beberapa lokasi pemasangan U-Ditch yang dikeluhkan warga.

Kemudian, terkait tanah galian drainase untuk pemasangan U-Ditch juga tidak boleh dibiarkan menumpuk di badan jalan, karena menjadi penyebab kemacetan. Seharusnya setelah digali, tanah langsung diangkat segera. Sehingga tanah sisa hasil galian tidak menumpuk di badan jalan.

“Kami juga menghimbau agar kontraktor yang tidak memenuhi syarat dalam pengerjaan proyek harus ditindak tegas. Jangan terlibat dalam proyek-proyek di lingkungan Pemko Medan,” ujarnya.

(Nurlince Hutabarat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *