Medan, MEDIA SURYA – DPRD Medan Paul Mei Anton Simanjùntak dari Fraksi PDI Perjuangan menyampaikan bahwa “Momentum Hari Guru Nasional penting bagi setiap negara untuk merayakan peran guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Di Indonesia, Hari Guru Nasional diperingati setiap Tanggal 25 November sebagai bentuk penghormatan terhadap guru yang telah berjuang dalam membentuk karakter generasi muda, tuturnya kepada media ini di Kantor DPRD Medan, Senin (27/11/2023).

Jelang perayaannya, mari kita memahami makna dan sejarah di balik Hari Guru Nasional di Indonesia menurut Anggota Komisi 4 ini bahwa “Adapun Latar Belakang Hari Guru Nasional di Indonesia
Hari Guru Nasional tidak hanya menjadi wadah untuk menghargai pengabdian para pendidik, tetapi juga mencerminkan rasa syukur terhadap jasa guru dalam membangun pondasi pendidikan bangsa. Sejarah Hari Guru Nasional berawal pada tahun 1945. Pada waktu itu, terbentuklah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) setelah sebelumnya Persatuan Guru Indonesia (PGI) menyelenggarakan Kongres Guru Indonesia perdana di Surakarta, Jawa Tengah, pada tanggal 24-25 November 1945. Kemudian tanggal 25 November secara resmi ditetapkan sebagai Hari Guru Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1994. Pemilihan tanggal 25 November tidaklah sembarangan; itu dipilih untuk menghormati lahirnya Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia yang dianggap sebagai pelopor pendidikan bagi rakyat,” tuturnya.
 
Disebutnya, Kita tau bahwa
Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, yang sebenarnya bernama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Ia bukan hanya seorang pendidik, tetapi juga seorang pemikir, budayawan, dan Tokoh pergerakan nasional dijelaskannya bahwa “Konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara mencakup prinsip bahwa pendidikan harus menyentuh aspek holistik individu, tidak hanya aspek kognitif, afektif tetapi juga moral, emosional, dan fisik. Salah satu sumbangsih terbesar Ki Hajar Dewantara adalah mendirikan sekolah Taman Siswa pada tahun 1922. Taman Siswa menjadi lembaga pendidikan yang membuka pintu bagi anak-anak pribumi untuk mendapatkan pendidikan formal. Semangatnya untuk memajukan pendidikan bangsa menjadi inspirasi utama pemilihan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional,” jelasnya.
 
Kemudian diungkap Anggota DPRD dari Partai PDIP ini “Makna Hari Guru Nasional
Hari Guru Nasional bukan hanya sekadar perayaan seremonial. Lebih dari itu, ini adalah momen refleksi untuk memahami betapa pentingnya peran guru dalam mengarahkan generasi muda menuju masa depan yang lebih.

Hari Guru Nasional merupakan momen penting bagi setiap negara untuk merayakan peran guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Di Indonesia, Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November sebagai bentuk penghormatan terhadap guru yang telah berjuang dalam membentuk karakter generasi muda. Jelang perayaannya, mari kita memahami makna dan sejarah di balik Hari Guru Nasional di Indonesia.
 
Hari Guru Nasional tidak hanya menjadi wadah untuk menghargai pengabdian para pendidik, tetapi juga mencerminkan rasa syukur terhadap jasa guru dalam membangun pondasi pendidikan bangsa. Sejarah Hari Guru Nasional berawal pada tahun 1945. Pada waktu itu, terbentuklah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) setelah sebelumnya Persatuan Guru Indonesia (PGI) menyelenggarakan Kongres Guru Indonesia perdana di Surakarta, Jawa Tengah, pada tanggal 24-25 November 1945. Kemudian tanggal 25 November secara resmi ditetapkan sebagai Hari Guru Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1994. Pemilihan tanggal 25 November tidaklah sembarangan. Itu dipilih untuk menghormati lahirnya Ki Hajar Dewantara, seorang Tokoh Pendidikan Indonesia yang dianggap sebagai pelopor pendidikan bagi rakyat.
 
Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara, yang sebenarnya bernama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Ia bukan hanya seorang pendidik, tetapi juga seorang pemikir, budayawan, dan tokoh pergerakan nasional. Konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara mencakup prinsip bahwa pendidikan harus menyentuh aspek holistik individu, tidak hanya aspek kognitif tetapi juga moral, emosional, dan fisik. Salah satu sumbangsih terbesar Ki Hajar Dewantara adalah mendirikan sekolah Taman Siswa pada tahun 1922. Taman Siswa menjadi lembaga pendidikan yang membuka pintu bagi anak-anak pribumi untuk mendapatkan pendidikan formal. Semangatnya untuk memajukan pendidikan bangsa menjadi inspirasi utama pemilihan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional.
 
Ditegaskannya Makna Hari Guru Nasional “Hari Guru Nasional bukan hanya sekadar perayaan seremonial. Lebih dari itu, ini adalah momen refleksi untuk memahami betapa pentingnya peran guru dalam mengarahkan generasi muda menuju masa depan yang lebih baik. Guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter, moralitas, dan sikap positif siswa” tuturnya.

Disebutnya bahwa “Peringatan ini juga mengajak semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun siswa, untuk memberikan apresiasi dan dukungan terhadap dunia pendidikan. Memberdayakan guru dengan memberikan fasilitas dan pelatihan yang memadai merupakan investasi dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas,” tuturnya.
 
Lebih jauh diterangkan Paul “Peran Guru di Era Modern Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan dinamika sosial, peran guru tidak lagi terbatas pada pengajaran di kelas. Guru juga berperan sebagai fasilitator pembelajaran, pembimbing, dan inspirator. Keberhasilan pendidikan tidak hanya bergantung pada guru di sekolah, tetapi juga melibatkan dukungan dari keluarga dan masyarakat.

Dengan menyimak sejarah Hari Guru Nasional, kita diingatkan akan nilai-nilai luhur dalam dunia pendidikan. Semangat Ki Hajar Dewantara untuk menyediakan pendidikan yang merata bagi semua menjadi panggilan bagi kita semua untuk terus mendukung perbaikan sistem pendidikan dan menghormati peran guru sebagai pilar utama pembangunan bangsa. Hari Guru Nasional bukanlah sekadar hari besar di Indonesia, tetapi ajang untuk merenung, mensyukuri, dan berkomitmen untuk terus mendukung perjalanan pendidikan di Indonesia. Dengan menghargai peran guru, kita secara bersama-sama berinvestasi dalam masa depan yang cerah dan berkualitas bagi generasi penerus di era Ilmu Tehnologi Elektronik ( ITE) harus dikuasai.
Selamat Hari Guru!” imbuh Paul menutup.(Nurlince Hutabarat)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *