Medan, MEDIA SURYA – Pasca pemberitaan terkait dugaan mafia gas LPG bersubsidi pemerintah ukuran 3 kilogram yang di oplos ke tabung gas 12 kilogram (non subsidi) milik IS mencuat, wartawan yang meliput kegiatan yang diduga ilegal tersebut pun diancam dibunuh.
Ancaman yang dilontarkan IS ini merespon pemberitaan dugaan pengoplosan gas LPG 3 kg bersubsidi pemerintah miliknya yang bermarkas di Jermal 15.
“Dimana kita jumpa, sore kita jumpa, dimana suka kau. Itu masalah lama kau buka – buka. Pengoplosan itu sudah diproses di Polda, kau orang lapangan aku orang lapangan, kalau nggak kau yang mati aku yang mati dimana kita jumpa, aku pun sudah bosan hidup. Kau ganggu cari makan keluarga istriku, aku tinggal permisi sama anak saya, kalau nggak aku yang mati, kau yang mati” ancam IS via celular kepada wartawan, Kamis (07/09/2023).
Selain usaha tabung gas, IS juga mengklaim bahwa Ia juga berprofesi sebagai wartawan. Tidak diketahui maksud tujuannya itu mengaku – ngaku sebagai wartawan.
Diketahui, Polda Sumut tengah gencar melakukan penindakan terhadap penyelewengan gas LPG di wilayah Sumut. Baru – baru ini, IS, eks anggota DPRD Sumut dan Beni SS yang kedapatan memiliki gudang pengoplosan gas bersubsidi sudah ditangkap polisi.
Dari daerah, tepatnya di Dusun Sukajadi, Desa Damuli Pekan, Kecamatan Kualuh Selatan, Labuhanbatu Utara (Labura) Polda Sumut juga telah berhasil mengungkap penyelewangan gas bersubsidi. Sedikitnya 6 orang pelaku telah diamankan oleh Kepolisian. Dari 6 orang yang diamankan, polisi menetapkan 2 orang sebagai tersangka pelaku pengoplos gas LPG 3 kg.
Kasubbid Penmas Polda Sumut, AKBP Sonny W Siregar saat dikonfirmasi membenarkan penggerebekan tersebut.
“Ya, penggerebekan pangkalan LPG bersubsidi, di Labuhanbatu” ujar Sonny kepada wartawan, Kamis (7/9/2023).
Tambahnya, kedua tersangka IQ dan RD telah diboyong ke Mapolda Sumut untuk proses lebih lanjut.
Namun berbeda dengan gudang pengoplos gas LPG 3 kg diduga milik IS yang berada di Jermal 15. Informasi yang dirangkum dari narasumber yang layak di percaya yang meminta namanya agar disamarkan mengatakan gudang pengoplos yang di Jermal 15 masih bebas beroperasi hingga saat ini.
Dalam video yang diabadikan oleh sumber, tampak cara para pekerja memindahkan isi tabung gas LPG 3 kg ke ukuran tabung 12 kg lengkap dengan menggunakan alat sederhana dua buah, isi tabung pun siap dipindahkan.
Tambahnya, bahwa kepiawaian sang terduga mafia migas ini memiliki banyak gudang tempat mengoplos dan berpindah – pindah untuk menghindari bidikan Kepolisian. Informasi yang dihimpun, tempat pengoplos gas bersubsidi itu pernah bergudang di daerah marelan, pernah juga di Jalan Panglima Denai, dan terbesar hingga saat ini berada di Jermal 15.
Mereka mampu mengoplos gas 3 kilo itu satu hari 100 tabung, itu untuk digudang kecil, kalau gudang besar ratusan tabung bahkan lebih bisa mereka oplos” ucap sumber, Senin (04/09/2023).
Narasumber juga membeberkan cara kerja pengoplos gas ini berlangsung. Para karyawan maupun pekerja yang ditempatkan terduga mafia tersebut menunggu kedatangan gas 3 kg diatas jam 2 dini hari.
“Jadi alur mereka itu, gas 3 kilo itu masuk diatas jam 2 pagi, setelah itu di oplos ” ucap narasumber.
Lanjut diterangkan narasumber bahwa hasil gas 3 Kg yang dioplos ke tabung 12 kilo maupun diatasnya itu, dipasarkan sampai ke Provinsi Aceh. Hasil oplosan gas 3 Kg ke 12 kilo di kirim ke Aceh lewat tempat ekspedisi di depan Tirtanadi Sunggal.
Sebelumnya, warga kota medan dihebohkan kabar gudang pengoplos gas bersubsidi di Jalan Panglima Denai pada Minggu 9 April lalu meledak. Sedikitnya 6 pekerja mengalami luka serius dan nyaris meregang nyawa. Informasi teranyar yang dirangkum dilapangan bahwa pemilik Gas Oplosan di Jermal 15 dengan yang di Panglima Denai adalah orang yang sama. (KSS)