Medan, MEDIA SURYA – Menanggapi Pemilu yang sudah tak lama lagi, salah satu pengamat Politik asal Sumatera Utara, Jhon Tulus R Sitompul S.sos. MDP pun memberi tanggapannya.
Kepada wartawan, Jhon menjelaskan situasi menjelang Pemilu 2024 yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali ini sudah terlihat adanya pergerakan dari Partai Politik bahkan juga dari para Calon Legislatif.
“Pelan tapi pasti, partai politik di INDONESIA berlomba lomba untuk memperebutkan dukungan Masyarakat agar bisa memperoleh suara terbanyak pada pemilu 2024 mendatang,” ujar Jhon.
Namun, lanjut Jhon, Pemilu untuk Presiden dan juga Calon Legislatif yang akan duduk sebagai wakil rakyat tentu saja tidak sama.
“Iya, Pemilih Presiden dan Calon Legislatif tidak sama. Untuk pemilihan Caleg bahkan akan lebih sulit lagi,” cetus Jhon.
Hal itu, menurut John dikarenakan mereka (para Caleg) harus menghadapi lawan politik untuk memperebutkan dukungan dari para pemilih.
Dengan dukungan suara dari pemilih tersebut, masih kata Jhon, baru mereka bisa sukses mendapatkan jabatan sebagai anggota dewan. Selain harus mempersiapkan kampanye yang matang, para caleg juga harus memiliki strategi – strategi khusus yang dapat diterima di Masyarakat supaya bisa memperoleh suara yang lebih signifikan untuk bisa menang.
“Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Line Today pada masa pemilu 2019 silam, sebanyak 80% anak muda dengan rentang usia 17-35 tahun tidak mengenal profil calon legislatif DPR serta DPD yang mendaftar. Mengapa bisa demikian? Kurangnya analisis dan riset dari para calon legislatif menjadi salah satu kesalahan fatal kampanye caleg. Tidak sedikit juga dari para caleg yang ingin mendesain image mereka ingin terlihat seperti generasi milenial namun jatuhnya jadi terlihat melebih-lebihkan dan tidak sesuai umur,” beber Jhon.
Lalu, bagaimana seharusnya para caleg bersikap untuk lebih dikenal oleh kaum Milenial ?, tanya Jhon.
Dalam hal ini, jawab Jhon, penting untuk dilakukan riset dan analisis tentang apa saja kebutuhan kaum milenial dan pendekatan apa saja yang penting dicermati oleh para caleg.
Menurut saya, sambung Jhon, ada beberapa strategi yang dapat dijalankan oleh para Caleg sesuai pengamatan dari pada penulis dari hasil Pemilu 2019, antara lain :
1. Melakukan riset dan analisis Artinya Tim harus membuat riset dan analisa wilayah dengan memetakan sesuai dengan jumlah DPT per wilayah.
2. Membuat kampanye yang unik dan menarik Kampanye yang dilakukan dengan menghimpun massa sebanyak banyaknya kurang menjamin untuk mendapat simpati dari pemilih karena hal tersebut dianggap sebagai show force saja, akan lebih menarik lagi apabila diadakan pelatihan pelatihan UMKM misalnya pelatihan Barista, pelatihan buat kue, dll.
3. Membangun image di sosial media. Saat ini Digital Marketing sangat signifikan untuk membangun brand image dari para calon legislatif, namun diisi dengan bahasa yang sederhana agar lebih mudah di pahami oleh pemilih.
4. Melakukan promosi kampanye dalam diskusi publik. Butuh wawasan yang lebih mumpuni untuk antisipasi daripada floor yang lebih agresif dalam memberikan pertanyaan.
5. Bekerjasama dengan para influencer lokal. Dimana pemilih yang berada diwilayah tertentu akan lebih mudah memahami kondisi di daerahnya.
“Jadi, setelah beberapa strategi diatas dipahami dan dijalankan, maka akan lebih mempermudah para caleg untuk memenangkan perlombaan yang akan berlangsung di tahun 2024 mendatang,” pungkas Jhon (Gung)